ID, IGO DAN SUPEREGO


Id
“Pokoknya, pada usia empat belas tahun aku berani mengatakan Srintil cantik. Boleh jadi itu ukuran yang kupakai buat menilai Srintil hanya patut bagi selera Duku Paruk. Namun pengakuan itu sebuah kejujuran. Maka pengakuan ini berkelanjutan dan aku tidak merasa bersalah telah bersikap seperti itu”.
Ego.
“Sekali aku menemukan cara licik untuk memperoleh kembali perhatian ronggeng Duku Paruk itu. Sebuah papaya kucuri diladang orang. Pada saat yang baik, ketika Srintil seorang di pancuran, buah curian itu kuberikan kepadanya”.
“Keris bekas milik ayah tidak lebih dari dua jengkal tanganku. Sarungnya berlapis kuningan atau suasa. Tangkainya terbuat dari kayu walikukun, berbentuk aneh. Bila diperhatikan benar, tangkai keris itu mirip kemaluan laki-laki. Meskipun aku bernama Rasus yang lahir di Dukuh Paruk, aku tidak tahu-menahu tentang keris. Aku tidak tahu kegunaannya. Maka tidak sedikit pun aku merasa sayang menyerahkannya kepada Srintil. Yang kuperlukan sekarang adalah  waktu yang baik untuk melakukan penyerahan itu”. 
Superego
Sebuah papaya kucuri diladang orang. Pada saat yang baik, ketika Srintil seorang di pancuran, buah curian itu kuberikan kepadanya”.
“Lama aku berfikir tentang keris itu.Ada keraguan untuk menyerahkannya kepada Srintil. Aku tahu Nenek pasti akan menentang kehendakku. Untung, roh-roh jahat mengajariku bagaimana menipu nenekku yang pikun. Suatu hari kukatakan kepada Nenek”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa id yang berupa rasa cinta dalam diri Rasus pun muncul. Id yang ada dalam diri Rasus menginginkan cinta Srintil. Rasus sangat mencintai Srintil bagaimanapun juga. Ego yang dalam fungsinya berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas, memberikan realitas bahwa kalau Rasus sangat mencintai Srintil, dia dapat memberikan apa saja yang berharga untuknya. Oleh karena itu, ego dalam diri Rasus bersedia memberikan apa saja untuk Srintil. Mulai papaya sampai keris ayahnya. Sedangkan superego dalam diri Rasus tidak berjalan dengan baik. Superego yang berupa norma-norma yang menyatakan bahwa mencuri itu dosa dan berbohong itu adalah salah, tidak dihiraukan dalam diri Rasus. Jadi, dalam hal ini, hanya id dan ego saja yang berfungsi dalam diri Rasus, sementara superego dihiraukan. Hal ini disebabkan karena id dalam diri Rasus yang begitu besar, yaitu mencintai Srintil.

Id.
“Hanya satu hal yang memenuhi  benak Dower. Segera sampai ke Duku Paruk dan mengetuk pintu rumah Kartareja. Makin dekat dengan pedukuhan itu Dower makin terbayang akan sebuah tempat tidur berkelambu. Putih bersih dengan kasur dan bantal yang baru. Dan yang paling penting seorang perawan kencur yang terbaring di dalamnya”.
Ego.
“Wah, Kek,” kata Dower akhirnya. “Pada saya baru ada dua buah rupiah perak. Saya bermaksud menyerakan kepadamu sebgai panjar. Masih ada waktu satu hari lagi. Barangkali besok bias kuperoleh seringgit emas”.
“Seekor kerbau yang besar. Binatang yang tak ternilai sama dengan sebuah ringgit emas,” kata Dower menerangkan.
Superego.
“Teringat kembali oleh Dower bagaimana dia mencongcel lemar milik orang tuanya untuk mencuri uang rupiah perak itu. Tentu Dower teringat pula pengalaman siang tadi. Dengan gemilang dia berhasil mengecoh ayahnya. Dari sawah kerbau milik ayahnya yang paling besar dituntut pulang. Bukan dimaksukan ke dalam kandang, melaikantrus di bawah ke Duku Paruk”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa id Dower yang berupa ingin memenangkan sembara buka kelambu yang ada dalam jiwa Dower hanyalah ingin mewisuda srintil dan menjadi suatu kebanggan tersendiri. Dower melakukan apa saja demi memenangkan sembara itu. Ego yang dalam fungsinya berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas, memberikan realitas bahwa dower ingin memenangkan sembar itu dan mendapatkan Srintil. Oleh karena itu, ego dalam diri Rasus bersedia memenuhi syarat yang telah ditetapkan walaupun bukan dua ringgit emas melinkan dua rupiah perak dan juga satu ekor kerbau betina untuk menggantikan dua ringgit emas yang telah ditetapkan. Sedangkan superego dalam diri dower tidak berjalan dengan baik. Superego yang berupa norma-norma yang menyatakan bahwa mencuri dan mengambil sebuatu tampa izin itu dosa, tidak dihiraukan dalam diri Dower. Jadi, dalam hal ini, hanya id dan ego saja yang berfungsi dalam diri Rasus, sementara superego dihiraukan. Hal ini disebabkan karena id dalam diri Dower hanya ingin memenangkan sembra dan ingin mewisuda Srintil yang merupakan kebanggan tersendiri dari diri Dower.
Id.
“Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba aku memutuskan keluar dari tempat persembunyian lalu dengan diam-diam mengikuti Dower dari belakang. Sambil berjalan berjingkat agar tak diketahui oleh Dower, aku sudah berkhayal tentang perkelahian. Bagaimana seandainya Dower langsung kutinju tengkuknya. Atau kutendang pinggangnya sehat tenaga. Pokoknya aku ingin melumat perjaka Pecikalan yang akan menggagahi Srintil itu”.
Ego.
“Tanganku meraba sesuatu yang mengonggok. Tahi sapi. Kotoran itu kurap dengan tangan kanan, langsung kulempar kepada Dower kudengar perjaka pecikalan itu mengutuk habis-habisan. Dia hendak melangkah ke depan. Tetapi batal karena dari arah belakang meluncur gumpalan-gumpalan lumpur, makin lama makin seru. Akhirnya Dower tak bias berbuat lain kecuali menutup muka dengan kudua tanggan agar terhindar dari hujan lumpur”.
Superego.
“Masih belum ada jawaban. Aku bergerak ke samping, menghindar dari pandangan Dower. Rasa ingin ikut menyakiti Dower muncul di hatiku. Maka aku menekuk kedua kaki demi mencari sesuatu untuk kulemparkan kepadanya”.
Id dalam diri Rasus bukan hanya mencintai Srintil, tetapi juga menjauhkannya dari orang lain yang berusaha bersetubuh atau mem-bukakklampu-kan Srintil. Dalam proses menjadi ronggeng, seorang perempuan harus melakukan bukak klambu, yaitu bersetubuh dengna orang yang memberikan sekeping emas kepadanya. Dalam hal ini, Dower , seorang pria dari Pecikalan datang ke orangtua Srintil dengan dua keping perak. Rasus geram karena itu. Oleh karena itu dia berusaha menyakitinya. Dan Ego dalam diri Rasus mewujudkan id dalam bentuk mengikuti Dower dan melemparinya dengan tahi sapi dan juga lempur. Sedangkan superego yang berupa norma untuk tidak menyakiti orang lain, dihiraukan oleh Rasus. Dalam hal ini, id dalam diri Rasus lebih menguasai dirinya. Dan Rasus menghiraukan superego yang ada dalam dirinya.









Comments

Popular posts from this blog

METODE PEMBELAJARAN MENYIMAK

Pantun daerah padang guci

APRESIASI PROSA FIKSI