Analisis Novel Belenggu (Menggunakan Pendekatan Stuturalisme Genetik Lucien Goldmann)



Analisis Novel Belenggu
Oleh : Ungki Satro
Menggunakan Pendekatan Stuturalisme Genetik Lucien Goldmann
A.    Pengertian Strukturalisme Genetik
Menurut Lucien Goldmann teorinya sebagai strukturalisme genetik. Artinya, ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur ini bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan. Goldmann percaya pada homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk aktivitas strukturasi yang sama[1]. Jadi, sebagai sebuah teori, strukturalisme genetik merupakan sebuah pernyataan yang dianggap sahih mengenai kenyataan. Sahih jika didalamnya terkandung gambaran mengenai tata kehidupan yang bersistem dan terpadu, yang didasarkan pada sebuah landasan ontologis yang berupa kodrat keberadaan kenyataan itu dan pada landasan epistemologis yang berupa seperangkat gagasan sistematik mengenai cara memahami atau mengetahui kenyataan yang bersangkutan. Keseluruhan pernyataan tersebut tercangkup dalam enam konsep dasar yang membangun teori tersebut.
Strukturalisme genetik juga dipahami sebagai sebuah pandangan yang menitiberatkan pada pentingnya pandangan-pandangan pengarang didalam karya sastra. Adapun dasar pemahamannya adalah konteks karya sastra tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kelas-kelas sosial yang ada. Karya sastra juga diartikan sebagai ideologi pengarang yang menepati kelas sosial tertentu. Oleh karena itu, proses pembacaan strukturalisme genetik dimulai dari pencarian struktur internal karya sastra kemudian dihubungkan dengan struktur eksternal karya sastra. Struktur eksternal meliputi pengarang, kelas sosial, lingkungan, serta aspek-aspek ideologi yang terdapat diluar karya sastra[2]. Jadi, lucien Goldmann menyebutkan bahwa strukturalisme genetik berati karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur yang dimaksud adalah ketika memahami proses membaca strukturalisme dengan mencari struktur internalnya yang kemudian dihubungkan dengan struktur eksternalnya, yakni pengarang, kleas sosial, lingkungan, dan aspek-aspek sosiologi yang terdapat diluar karya sastra.
Adapun konsep-konsep yang membangun teori Strukturalisme Gentik, meliputi:
1.      Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusian merupakan landasan antologis dari strukturalisme genetik:
a.       Adapun yang dimaksud dengan fakta adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan[3]. Jadi, fakta yang berwujud aktivitas sosial, yakni yang diwujudkan dengan sumbangan bencana alam, aktivitas politik tertentu seperti pemilu, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra.
b.      Fakta-fakta kemanusiaan itu pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Artinya , fakta sosial mempunyai peranan dalam sejarah, sedangkan fakta pertama sebaliknya. Mengapa demikian, karena fakta pertama merupakan hasil dari perilaku libidinal seperti mimpi, tingkah laku orang gila, dan sebagainya, yang berdampak dalam hubungan sosial, ekonomi, maupun politik antar anggota masyarakat.
Goldmann menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti. Artinya, adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Jadi, fakta itu mempunyai struktur karena terikat oleh suatu tujuan yang menjadi artinya. Maksudnya, semua unsur yang mendukung semua aktivitas yang menjadi fakta kemanusiaan itu terarah kepada tercapainya tujuan yang dimaksud.
Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta kemanusiaan itu sendiri tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi dan kondisi yang ada didalam diri dan di sekitarnya, pembangunan suatu percobaan dari subjek untuk mengubah situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjektif[4]. Artinya, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya.
Dengan meminjam teori psikologi piaget, goldmann menganggap bahwa kecenderungan diatas perilaku yang alamia dari manusia pada umumnya. Menurut piaget manusia dan lingkungan sekitarnya selalu berada dalam proses strukturasi timbal-balik yang saling bertentangan tetapi sekaligus isi mengisi. Kedua proses itu adalah proses asimilasi dan akomodasi.
2.      Subjek Kolektif
Subjek kolektif merupakan bagian dari fakta kemanusiaan selain subjek individual. Fakta kemanusiaan muncul karena aktivitas manusia sebagai subjek. Pengarang adalah subjek yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, didalam masyarakat terdapat fakta kemanusiaan.
Karya sastra diciptakan oleh pengarang yang membicarakan tentang alam semesta dan hukum-hukumnya serta persoalan-persoalan yang tumbuh darinya. Akan tetapi, subjek kolektif atau trans-individual itu merupakan konsep yang masih sangat kabur. Karena subjek kolektif berupa kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial dan sebagainya.
Subjek kolektif adalah kumpulan individu-individu yang membentuk kesatuan beserta aktivitasnya[5]. Jadi, goldmann menspesifikasikannya sebagai kelas sosial dalam pengertian marxis, sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptaka  suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia.
3.      Pandangan Dunia: Homologi, Strukturasl, dan struktur
Menurut goldmann percaya adanya Homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Akan tetapi konsep homologi berbeda dari konsep refleksi. Jadi, memahami karya sastra sebagai refleksi atau cerminan masyarakat berarti menganggap bahwa bangunan dunia imajiner yang tercitrakan dalam karya sastra identik dengan bangunan dunia yang terdapat di dalam kenyataan. Sedangkan konsep homologi hubungan antara dunia bangunan dunia yang berbeda. Artinya, bangunan dunia imajiner dalam karya sastra disuatu pihak dan bangunan dunia nyata dilain pihak, dapat ditemukan dan dipahami dengan kesamaan bangunan dunia dalam karya sastra dengan yang ada dalam kehidupan nyata itu bukan subtansial, melainkan struktural. Meskipun, karya sastra berbeda dengan  kehidupan, tetapi strukturnya sama dengan struktur yang kemudian tersebut.
Homologi, kesejaraan struktural antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat itu sendiri, menurut Strukturalisme Genetik tidaklah bersifat langsung. Struktur karya sastra tidaklah bersifat homolog dengan pandangan dunia dan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat itu. Melainkan, pandangan dunia itulah yang pada gilirannya berhubungan langsung dengan struktural masyarakat.
Goldmann menyatakan bahwa pandangan dunia ini disebut sebagai suatu bentuk kesadaran kelompok kolektif yang menyatakan individu-individu menjadi suatu bentuk yang  memiliki identitas kolektif. Menurut Goldmann, karya sastra, namun demikian, bukan refleksi dari suatu kesadaran kolektif yang nyata dan ada, melainkan puncak dalam suatu level koherensi yang amat tinggi dari kecenderungan-kecendrungan khusus bagi kelompok tertentu, suatu kesadaran yang harus dipahami sebagai suatu realitas dinamik yang diarahkan kesatu bentuk keseimbangan tertentu. Pandangan dunia bukan merupakan fakta empiris yang langsung, tetapi lebih merupakan struktur gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial masyarakat.
4.      Struktur karya sastra
Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Didalam esainya yang berjudul “the epistemology of sociology” goldmann mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajinasi. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner
Dengan mengemukakan dua hal tersebut goldmann dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi. Menurutnya, filsafat mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual, sedangkan sosiologi mengacu pada empirisitas. Dari kedua pendapat tersebut, goldmann mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatianya adalah relasi antara tokoh dan tokoh objek yang ada disekitarnya.
Sifat tematik dari konsep struktur goldmann terlihat pula pada konsepnya mengenai novel. Dengan mendasarkan diri pada lukacs dan girard, goldmann mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Sesuai dengan teori lukacks, goldmann membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel “idealisme abstrak”, “romantisme keputusan”, dan novel “pendidikan”.



[1] Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Samapi ke Post-Modern, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010) hal.56
[2] Emzir dan Saufur Rohman. Teori dan Pengajaran Sastra, (jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2015)hal.
[3] Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-Modern,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010)hal.57
[4] Op. Cit.,hal.63
[5] Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-Modern,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010)hal.65

Comments

Popular posts from this blog

METODE PEMBELAJARAN MENYIMAK

Pantun daerah padang guci

APRESIASI PROSA FIKSI