Kisah Batu Kutukan Si Pahit Lidah
Dahulu kala tepatnya di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan hiduplah dua bersaudara. Sang kakak
bernama bernama Serunting Sakti dan sang adik bernama
Lambang. Keduanya tinggal di hutan yang kebetulan tak jauh dari sungai.
Serunting
dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia mampu mengutuk apapun dan
siapapun sesuai ucapannya. Sementara sang adik boleh dikatakan agak bandel dan
hobi bermain, wajar saja dari kecil ia sudah menjadi yatim piatu. Amatlah
berbeda dengan sang kakak.
Suatu ketika Serunting Sakti pergi berburu mencari lauk. Dia berpesan kepada Lambang,
”Jangan kemana-mana adikku! Kakak mungkin akan pulang sore hari!” kata Serunting Sakti.
“Baik, Kak!” jawab Lambang patuh.
Hari semakin beranjak siang dan rasa jenuh mulai berbisik di
batin Lambang.
“Ah sebaiknya aku mandi ke sungai saja,” pikir Lambang.
Segera ia berlari ke sungai lalu mandi di sana. Mendadak
sang kakak tiba dari hutan dan menemukan sang adik sudah tidak amanah terhadap
janjinya. Sontak Serunting pun marah besar.
Keesokan harinya setelah bangun dari
tidur, Serunting Sakti sudah tak melihat adiknya
berada di rumah. Ke sana kemari mencari sang adik, tetap saja tak ditemukan.
Rupanya Lambang lagi-lagi bermain di sungai. Kembali Serunting pun memarahi
sang adik, “Kalau kau kembali bandel akan kukutuk kau menjadi batu!” ungkapnya.
Satu minggu telah berlalu, tampak Lambang merasa kesal atas perintah sang kakak.
Hari itu sang kakak baru saja pulang dari berburu. Tampaknya ia kelaparan.
Namun, tak sebiji nasi pun ia temukan.
“Lambang,
tolong kau masak beras!” ungkap sang kakak.
Segera sang
adik mematuhi perintah tersebut. Ia lalu meluncur ke sungai dengan niat mencuci
beras. Setibanya di sana dia langsung menatap sungai, seketika itu juga
jernihnya air menggoda sang adik untuk diselami.
“Ah ada baiknya aku mandi dulu sebelum mencuci beras,”
ungkap sang adik.
Sementara itu, sudah lama sekali Serunting Sakti menunggu. Perutnya seolah
sudah tak tahan lagi. Segera sang kakak berniat untuk menyusul. Rupanya, sang adik kembali bermain di
sana. Amarah serunting pun seketika meledak.
Ia lalu berkata, “Lambang, kukutuk kau jadi batu supaya tidak akan
pulang lagi dan selalu di dalam air!” tidak lama, tubuh Lambang pun berubah
menjadi batu
yang berwarna kuning, kemudian Serunting Sakti menguburkan batu itu ke dalam sungai.
Seiring berjalannya waktu daerah
tersebut mulai dipadati penduduk.
Akhirnya
terbentuklah sebuah desa.
Desa
ini mulai dipadati penduduk, lalu terpisah menjadi dua bagian. Yang satu dinamakan Batu Kuning dan yang satu lagi dinamai
Batu Lambang.
Comments
Post a Comment