APRESIASI PROSA FIKSI
MAKALAH
APRESIASI PROSA FIKSI
“Pemantapan Pertunjukkan Apresiasi
Prosa Sebuah Kreatiftas”
Disusun Oleh:
PUNI PABILAN SATRI
(1711290069)
Dosen :
Randi, M.Pd
PROGRAM STUDI TADRIS
BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya diperadaban saat ini dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan
untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.
Bengkulu, Juni 2019
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Apresiasi Sastra................................................................... 3
B.
Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra..................................................... 4
C.
Tinjauan Pendekatan dan Teori Serta Manfaaf
Dalam Mengapresiasi Sastra 6
D.
Pemahaman Unsur-Unsur Dalam Prosa Fiksi....................................... 8
E.
Pengertian dan Ragam Puisi................................................................. 12
F.
Bangun Struktur Puisi........................................................................... 13
G.
Pengertian Drama................................................................................. 15
H.
Unsur-Unsur Drama.............................................................................. 16
I.
Contoh Apresiasi Prosa Sebuah Kreatifitas.......................................... 17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
........................................................................................... 20
B.
Saran
..................................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA
A. Latar Belakang
Sastra pada
dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi
(dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah
pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah
karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan
dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Pendidikan sastra
dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.. Dalam apresiasi sastra manfaat yang
sanagt dirasakan adalah adnya pengembangan jiwa, dimana kita dapat mengeksplore
seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal yang ada dalam apresiasi
sasta yaitu seperti puisi dan prosa fiksi.
Apresiasi sastra
akan muncul jika pembelajaran berjalan menyenagkan, adanya stimulus dan respon
memberikan dampak yang positif pada perkembangan apresiasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian
Apresiasi Sastra?
2.
Bagaimana Pendekatan
Dalam Apresiasi ?
3.
Bagaimana Tinjauan
Pendekatan dan Teori Serta Manfaaf Dalam Mengapresiasi Sastra?
4.
Bagaimana Pemahaman
Unsur-Unsur Dalam Prosa Fiksi?
5.
Bagaimana Pengertian
dan Ragam Puisi?
6.
Bagaimana Bangun
Struktur Puisi?
7.
Bagaimana Pengertian
Drama?
8.
Bagaimana Unsur-Unsur
Drama?
9.
Bagaimana Contoh
Apresiasi Prosa Sebuah Kreatifitas?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Pengertian Apresiasi Sastra
2.
Untuk
mengetahui Pendekatan Dalam Apresiasi
3.
Untuk
mengetahui Tinjauan Pendekatan dan Teori Serta Manfaaf Dalam Mengapresiasi
Sastra
4.
Untuk
mengetahui Pemahaman Unsur-Unsur Dalam Prosa Fiksi
5.
Untuk
mengetahui Pengertian dan Ragam Puisi
6.
Untuk
mengetahui Bangun Struktur Puisi
7.
Untuk
mengetahui Pengertian Drama
8.
Untuk
mengetahui Unsur-Unsur Drama
9.
Untuk
mengetahui Contoh Apresiasi Prosa Sebuah Kreatifitas
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Apresiasi Sastra
- Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi satra berasal dari
bahasaLatin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam
konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna (1)
pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahan dan pengakuan
terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan
3 unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif dan (3) aspek
evaluatif.
Aspek kognitif berkaitan dengan
keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang
bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi
pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
dibaca. Unsur emosi juga sangat berperan dalam uapaya memahami unsur-unsur yang
bersifat subjektif. Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan
penilaian terhadap baik-buruk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta
sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik,
tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Sejalan dengan pengertian apresiasi di
atas, S.Effendi mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli
karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik
apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang
diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan
apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu
memuaskan rohaninya.
- Kegiatan Langsung dan Tidak Langsung Dalam Mengapresiasi Sastra
Apresiasi sastra secara lansung adalah
kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi
secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat
terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks
sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra
yang berupa puisi. Apresiasi sastra secara tidak langsung dapat di tempuh
dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan
kesastraan baik di majalah mauun di koran, mempelajari buku-buku maupun
esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta
mempelajari sejarah sastra. Hal ini bukan hanya mengembangkan pengetahuan
seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam
rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
B. Pendekatan Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau
landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat
bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam halaman ini
lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan dan apa yang akan diapresiasi lewat
teks sastra yang dibacanya, (2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat
kegiatan bagaimana, dan (3) penentuan pendekatan tersebut tentu sangan
ditentukan oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri.
1.
Pendekatan Parafrastis
Adalah strategi pemahaman kandungan makna
dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang
disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda
dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuannya adalah
untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga
pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta
sastra.
2.
Pendekatan Emotif
Adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi
itu dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi
yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
3.
Pendekatan Analitis
Adalah suati pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan
ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen
intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga
mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun
totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
4.
Pendekatan Historis
Adalah suatu pendekatan yang menekankan
pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan
yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta
tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu
sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
5.
Pendekatan Sosiopsikologis
Adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun
tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau
zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.
6.
Pendekatan Didaktis
Adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang
terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan
mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga
akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
C. Tinjauan Pendekatan dan Teori Serta Manfaaf
Dalam Mengapresiasi Sastra
- Tinjauan Pendekatan dan Teori
Dalam pembahasan di depan telah diungkapkan
bahwa teks sastra mengandung berbagai unsur yang sangan kompleks. Kompleksitas
unsur itu setidaknya meliputi unsur (1) kebahasaan, (2) struktur wacana, (3)
signifikan sastra, (4) keindahan, (5) sosial-budaya, (6) nilai, baik nilai
filsafat, agama, maupun psikologi, serta (7) latar kesejarahannya. Akhirnya
terdapat aneka ragam pendekatan maupun berbagai macam teori atau aliran dalam
rangka analisis teks sastra.
Aliran fenomenologi, misalnya, merupakan
aliran yang lebih banyak memusatkankan perhatiannya pada aspek makna dan
nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra. Untuk memahami makna tersebut,
bagi aliran fenomenologi pembaca harus mampu memahami realitas tersurat yang
digambarkan pengarang serta mampu mengasosiasi dan mengabstrasikannya. Realitas
dalam teks sastra menurut hermeneutika, tidak dapat dilepaskan dari dunia
kehidupan dan waktu. Untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, perlu
juga ditelaah hubungan teks sastra itu dengan kehidupan sosial-budaya yang
melatari maupun unsur kesejarahannya. Dalam formalisme justru menekankan pada
aspek bentuk, atau tepatnya pada aspek kebahasaannya. Dalam strukturalisme
sebagai aliran sastra yang tumbuh kemudian, hadir dengan menunjukkan adanya
berbagaikeragaman meskipun prinsip dasarnya sama, yakni “sastra merupakan
struktur verbal yang bersifat otonom dan dapat dipisahkan dari unsur-unsur lain
yang menyertainya”.
Ada yang dinamakan teori resepsi yang
ditokohi Jacques Lacan dan Roland Barthes memiliki anggapan bahwa sebuah karya
sastra, setelah hadir di tengah masyarakat pembaca, pembaca sendiri itulah yang
akhirnya akan memberikan makna. Olsen masih mengungkapkan adanya teori lain,
lebih banyak berorientasi pada ciri serta proses analisis dari suatu pendekatan
dalam apresiasi sastra, meliputi : Teori Tradisional adalah teori yang
sepenuhnya berorientasi pada sejarah dan makna yang terkandung dalam karya
sastra serta menyikapi makna itu sebagai sesuatu yang mampu mengembangkan
pengetahuan serta filsafat hidup pembaca. Teori Intensional adalah teori
yang memusatkan telaahnya pada unsur-unsur signifikan yang membangun karya
sastra dan secara intrinsik terkandung dalam teks sastra itu sendiri.
Teori Ekstensional pusat telaahnya justru pada unsur-unsur nonsignifikan dalam
teks sastra, tetapi keberadaanya berperan dalam mewujudkan teks sastra itu
sendiri. Teori Semantik lebih banyak merupakan penerapan semantik itu sendiri
dalam upaya memahami makna dalam suatu teks sastra.
Sedangkan sejumlah teori lainnya, yakni
teori yang hadir dengan bepangkal tolak dari kehadiran dan prosespemahaman
suatu teks sastra, meliputi : Teori Mimesis memiliki anggapan dasar bahwa teks
sastra pada dasarnya merupakan wakil atau penggambaran dari realitas. Untuk
memahami realitas yang digambarkan dalam teks sastra, pembaca terlebih dahulu
harus memiliki bekal pemahaman tentng realitas itu sendiri, baik berupa
pengetahuan maupun pengalaman. Teori Emotif merupakan teori yang beranggapan
bahwa karya sastra pada dasarnya hadir dari kedalaman emosi pengarangnya. Teori
Ekspresif, dengan Plato dan Aristoteles sebagai pemulanya, beranggapan dasar
bahwa teks sastra, terutama puisi, pada dasarnya merupakan ekspresi spontan
yang terolah lewat kedalaman emosi pengarangnya.
- Manfaat Mengapresiasi Sastra
a.
Manfaat secara umum
Bila mengamati kehidupan sehari-hari,
sering kali kita lihat ada seseorang yang dengan asyik membaca cerita sambil
menunggu kereta atau bus yang tak kunjung tiba, sebagai penyangga kantuk
sewaktu harus berjaga, sebagai pengantar tidur, atau mungkin sebagai pengisi
waktu luang. Dalam hal ini manfaat dari kegiatan apresiasinya itu akan begitu
saja hilang. Hal yang demikian itu terjadi karena manfaat yang diperoleh lewat
kegiatan membaca sastra demikian itu hanyalah manfaat (1) mendapatkan hiburan
dan (2) pengisi waktu luang.
b.
Manfaat secara khusus
Manfaat secara khusus itu dapat diartikan
pula sebagai manfaat yang dicapai oleh seorang pembaca sehubungan dengan upaya
pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa seorang pembaca
sastra, kegiatan bacanya dapat dilatarbelakangi tujuan mendapatkan berbagai
macam nilai kehidupan. Dalam hal demikian, kegiatan membaca sastra dapat
memberika manfaat (1) memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan
nilai-nilai kehidupan, dan (2) memperkaya wawasan kehidupan maupun nilai
kehidupan.
D. Pemahaman Unsur-Unsur Dalam Prosa Fiksi
- Pengertian Prosa Fiksi
Istilah prosa fiksi atau cukup disebut
karya fiksi, biasanya juga diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi
atau cerita berplot. Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh
pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian
cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu cerita. Karya fiksi lebih lanjut dapat dibedakan dalam berbagai
macam bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Sebagai salah satu
genre sastra, karya fiksi mengandung unsur-unsur meliputi (1) pengarang atau
narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampaian isi berupa bahasa, (4)
elemen-elemen fiksional atau unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu
sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan
isi tersebut, pengarang akan memaparkannya lewat penjelasan atau komentar,
dialog maupun monolog, dan lewat lakuan atau action.
- Pengertian Setting Dalam Prosa Fiksi
Setting adalah latar peristiwa dalam karya
fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi
fisikal dan fungsi psikologis. Lebih lanjut, Leo Hamalian dan Frederick R K
arel menjelaskan bahwa setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat,
waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu,
melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran,
prasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema
tertentu.
- Hubungan Setting dengan Unsur Signifikan Lain dalam Prosa Fiksi
Sebagai salah satu bagian dari unsur-unsur
pembangun karya fiksi, setting selalu memiliki hubungan dengan unsur-unsur
signifikan lain dalam rangka membangun totalitas makna serta adanya kesatuan
atau unity dari keseluruhan isi yang dipaparkan pengarang. Setting selalu
memiliki hubungan dengan penokohan, perwatakan, suasana cerita atau atmosfer,
alur atau plot maupun dalam rangka mewujudkan tema suatu cerita.
- Pengidentifikasian Setting dalam Prosa Fiksi
Sewaktu menelaah unsur setting dalam suatu
karya fiksi, pembaca pada dasarnya dapat menampilkan beberapa macam pertanyaan,
antar lain meliputi pertanyaan tentang adakah unsur setting dalam karya fiksi
yang saya baca, apabila ada, setting itu meliputi setting apa saja;tempat,
waktu, peristiwa, suasana kehidupan, ataukah benda-benda dalam lingkungan
tertentu. Suatu masalah yang harus diperhatikan baik-baik adalah bahwa setting
juga masih memerlukan adanya penafsiran karena sering kali pengarang tidak
mengungkapkannya secara jelas. Selain itu, seperti telah disinggung di atas,
setting juga mampu menyiratkan makna-makna tertentu sehingga bersifat
metaforis.
- Unsur Gaya dalam Karya Fiksi
Istilah gaya diangkat dari istilah style
yang berasal dari bahasa Latin “stilus” dan mengandung arti leksikal “alat
untuk menulis”. Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara
seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasayang
indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Scharbach menyebut gaya “sebagai
hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai
serta sebagai perwujudan manusia itu sendiri.
a.
Unsur-unsur gaya dalam prosa fiksi
Unsur-unsur gaya yang terdapat dalam suatu
sastra yang akan melibatkan masalah (1) unsur-unsur kebahasaan berupa kata dan
kalimat, (2) alat gaya yang melibatkan masalah kiasan, seperti metafora,
metonimi, simbolik, dan majas.
b.
Hubungan gaya dengan ekspresi pengarang dan
implikasinya
Gaya berkaitan erat dengan ekspresi karena,
jika gaya adalah cara dan alat seorang pengarang untuk mewujudkan gagasannya,
maka ekspresi adalah proses atau kegiatan perwujudan gagasan itu sendiri. Sebab
itulah gaya dapat juga disebut sebagai cara, teknik maupun bentuk
pengekspresian suatu gagasan. Gaya berkaitan erat dengan gagasan, jika gaya
seperti yang telah disebutkan di atas, maka gagasan adalah isi atau sumber dari
keseluruhannya.
- Penokohan dan Perwatakan dalam Prosa Fiksi
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam
cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan
tokoh. Sedangkan pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan
penokohan. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang
berbeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut
dengan tokoh inti atau utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak
penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku
utama, disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Sehubungan dengan watak ini
tentunya telah mengetahui pelaku protagonis, yaitu pelaku yang berwatak baik
dan pelaku antagonis, yaitu pelaku yang berwatak jahat atau tidak baik.
- Alur dan Pemahaman Alur dalam Prosa Fiksi
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam
karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam suatu cerita.
- Titik Pandang
Titik pandang adalah cara pengarang
menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Biasa disebut dengan
point of view atau titik kisah, meliputi narrator omniscient, narrator obsever,
narrator obsever omniscient, dan narrator the third person omniscient. Narrator
omniscient adalah narator atau pengisah yang juga berfungsi sebagai pelaku
cerita. Narrator observer adalah bila pengisah berfunsi sebagai pengamat
terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang
perilaku batiniah para pelaku. Berkebalikan dengan narrator observer, dalam
narrator omniscient pengarang, meskipun hanya menjadi pengamat dari pelaku,
dalam hal itu juga merupakan pengisah atau penutur yang serba tahu meskipun
pengisah masih juga menyebut nama pelaku dengan ia, mereka, maupun dia.
- Tema dalam Prosa Fiksi
Istilah tema menurut Scharbach berasal dari
bahasa Latin yang berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”. Disebut demikian
karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa
langkah berikut secara cermat, yaitu memahami setting dalam prosa fiksi yang
dibaca, memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang
dibaca, memahami suasana peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa,
memahami plot atau alur cerita, menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu
dengan yang lain yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang yang
terpapar, menentukan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan,
mengidentifikasi tujuan pengarang , dan menafsirkan tema dalam cerita.
E. Pengertian dan Ragam Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal
dari bahasa Yunani poeima “membuat” atau poetry “pembuatan”, dan dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”
karena lewat puisi pada dasrnya seorang telah menciptakan suatu dunia
tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu,
baik fisik maupun batiniah. Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi itu
bermacam-macam, sedikitnya dibedakan antara lain :
1.
Puisi epik, yakni puisi yang di dalamnya
mengandung cerita kepahlawanan, baik yang berhubungan dengan legenda,
kepercayaan, maupun sejarah.
2.
Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya
mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.
3.
Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan
batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap,
maupun suasana batin yang melengkapinya.
4.
Puisi dramatik, yakni puisi yang secara
objektif menggambarkan perilaku sesorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun
monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5.
Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung
nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.
6.
Puisi satirik, yakni puisi yang mengandung
sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu
kelompok maupun suatu masyarakat.
7.
Puisi romance, yakni puisi yang berisi
luapan rasa cinta sesorang terhadap sang kekasih.
8.
Puisi elegi, yakni puisi ratapan yang
mengungkapkan rasa pedih seseorang.
9.
Puisi ode, yakni puisi yang berisi pujian
terhadap sesorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
10. Puisi himne, yakni
puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap
bangsa ataupun tanah air.
F. Bangun Struktur Puisi
Bangun struktur puisi adalah unsur
pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut akan meliputi
bunyi, kata, larik atau baris, dan tipografi.
1.
Unsur Bunyi dalam Puisi
a.
Rima adalah bunyi yang berselang atau
berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.
b.
Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan
unsur musikalitas, baikberupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah,
panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan,
kesan suasana serta nuansa makna tertentu.
c.
Ragam bunyi meliputi euphony, bunyi
cacophony dan onomatope.
Dapat disimpulkan bahwa bahwa peranan bunyi
dalam puisi meliputi untuk menciptakan nilai keindahan lewat unsur musikalitas
atau kemerduan, untuk menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa dan
sikap penyairnya, serta untuk menciptakan suasana tertentu sebagai perwujudan
suasana batin dan sikap penyairnya.
2.
Kata dalam Puisi
Berdasarkan bentuk dan isi, kata-kata dalam
puisi dapat dibedakan antara (1) lambang, yakni bila kata-kata itu mengandung
makna seperti makna dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya tidak
menunjuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna denotatif), (2) utterance
atau indice, yakni kata-kata yang mengandung makna sesuai dengan keberadaan
dalam konteks pemakaian, dan (3) simbol, yakni bila kata-kata itu mengandung
makna ganda (makna konotatif). Kata-kata dalam puisi tidak diletakkan secara
acak, tetapi dipilih, ditata, diolah, dan diatur penyairnya secara cermat.
Pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan disebut diksi. Diksi yang baik
tentu berhubungan dengan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa
makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mengajuk daya imajinasi
pembaca.
3.
Baris dalam Puisi
Istilah baris atau larik dalam puisi, pada
dasarnya sama dengan istilah kalimat dalam karya prosa. Selain itu, baris dalam
puisi juga sering kali mengalami pelepasan, yakni penghilangan salah satu atau
beberapa bentuk dalam suatu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan
bahasa. Dapat disimpulkan bahwa baris atau larik puisi adalah satuan yang pada
umumnya lebih besar dari kata dan telah mendukung satuan makna tertentu.
4.
Bait dalam Puisi
Satuan yang lebih besar dari larik biasanya
disebut dengan bait. Pengertian bait adalah kesatuan larik yang berada dalam
satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari
kelompok larik (bait) lainnya. Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk
suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang
berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya, berperan menciptakan
tipografi puisi, berperan dalam menekankan atau mementingkan suatu gagasan
serta menunjukkan adanya loncatan-loncatan gagasan yang dituangkan penyairnya.
5.
Tipografi dalam Puisi
Cara penulisan suatu puisi sehingga
menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual disebut
tipografi. Peranannya dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik
visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu, juga berperan
dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya
satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyairnya.
G. Pengertian Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani “dromai”
yang berarti: berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti
perbuatan, tindakan atau beraksi (Harymawan, 1993: 1).
Perkataan drama sering dihubungkan dengan
teater. Sependapat dengan hal itu, Stanislavisky et all (2002:103) merumuskan
tentang teater yang bertujuan untuk membuat sebuah peristiwa di mana rangkaian
adegan dapat langsung muncul secara bersamaan dalam sebuah komunitas secara
perlahan-lahan terpisah karena hukum alam yang mencipta setiap komunitas.
Kemudian pada momen tertentu, dunia ynag terpisah ini muncul bersamaan dalam
waktu tertentu. Sebenarnya perkataan “teater” mempunyai makna lebih luas karena
dapat berarti drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama, dan dapat
pula berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak
(Herman J. Waluyo, 2002:3). Dibanding genre karya sastra lainnya (novel,
cerpen, dan puisi), drama memiliki keunikan tersendiri. Selain bisa dinikmati
sebagai bacaan drama pun bisa dinikmati sebagai sebuah pertunjukan. Hal inilah
yang membuat drama disebut sebagai karya dua dimensi, yaitu drama sebagai genre
sastra (teks) dan drama sebagai pertunjukan seni peran. Drama adalah kesenian
yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia
dengan action dan perilaku.
Euis Sulastri, dkk. (2008: 131)
mengungkapkan bahwa drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:
1.
Tragedi ialah drama duka yang menampilkan
pelakunya terlibat dalam pertikaian serius yang menimpanya sehingga menimbulkan
takut, ngeri, menyedihkan sehingga menimbulkan tumpuan rasa kasihan penonton.
2.
Melodrama ialah lakon yang sangat
sentimental dengan pementasan yang mendebarkan dan mengharukan penggarapan alur
dan lakon yang berlebihan sehingga sering penokohan kurang diperhatikan.
3.
Komedi ialah lakon ringan untuk menghibur
namun berisikan sindiran halus. Para pelaku berusaha menciptakan situasi yang
menggelikan.
4.
Force ialah pertunjukan jenaka yang
mengutamakan kelucuan. Namun, di dalamnya tidak terdapat unsur sindiran. Para
pelakunya berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka masing-masing.
5.
Satire, kelucuan dalam hidup yang
ditanggapi dengan kesungguhan biasanya digunakan untuk melakukan kecaman/kritik
terselubung.
Dengan mencermati beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa drama merupakan imitasi dari kehidupan atau
perilaku manusia yang dipentaskan dengan suatu penampilan gerak, dialog, mimik,
dan gesture yang dapat dinikmati dalam pementasan.
H. Unsur-Unsur Drama
- Pementasan dan Sarana Pendukung
a.
Pentas : Teknik Penataan dan Komposisi
Pementasan drama terutama drama modern
tidak mungkin dapat terjadi tanpa pentas. Namun begitu, tanpa penataan dan
pengaturan komposisi pentas tidak akan mendukung suatu pementasan drama.
Komposisi pentas dapat diartikan sebagai penyusunan yang artistik dan berdaya
guna atas properti, perlengkapan serta para pemain pada pentas pertunjukan.
Oleh sebab itu, menjadi diketahui bahwa komposisi pentas haruslah dilakukan
sedemikian rupa sehingga benda-benda statis dan benda-benda dinamis menjadi
serasi untuk menampilkan suatu seni pertunjukan.
b.
Kostum
Batasan yang dapat diberikan mengenai
kostum adalah segala sesuatu yang dikenakan atau terpaksa tidak dikenakan
termasuk asesoris kepada pemain untuk kepentingan pementasan.
c.
Tata Rias
Secara garis besarnya mungkin pengertian
tata rias dapat diidentikkan dengan istilah make-up. Namun dalam hubungannya
dengan pementasan drama tidak dapat disamakan dengan pengertian make-up
sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya.
- Kamengski.
Kamengski
adalah sebuah proyek brand clothing anak muda yang lucu dan unik. Nah, di
ideaCtive ini Kamengski yang didirikan oleh Sulaeman Said berkolaborasi dengan
Jelajah Budaya.
- Peri Kertas.
Peri
Kertas ini adalah sebuah komunitas papercraft terbesar yang terbentuk dari para
pecinta papercraft. Terbentuk mulai tahun 2009, Peri Kertas hingga kini
anggotanya kian bertambah dan tersebar di lebih dari 25 regional di Indonesia.
Nah, di ideaCtive ini Peri Kertas berkolaborasi dengan Sarkuchan.
- Indobeatbox.
Indobeatbox
adalah komunitas beatbox pertama di Indonesia dan memiliki scene beatbox paling
besar di seluruh dunia, lho. Komunitas ini didirikan pada tanggal 4 Desember
2007 oleh Billy BdaBX dan Tito Gomez di media sosial Friendster, dengan nama
awal Jakarta Beatboxing Community. Nah, Indobeatbox ini juga berpartisipasi
dalam ideaCtive dengan berkolaborasi bersama Nuriko.
- Pebblenesia.
Pebblenesia
adalah salah satu komunitas untuk para pecinta pebble. Pebble sendiri adalah
jam pertama yang dibuat khusus untuk abad 21. Pebble dapat dimodifikasi secara
tak terbatas lho, dengan berbagai watchface yang dapat diunduh. Nah,
Pebblenesia yang dibentuk oleh Rangga pada 26 Januari 2014 ini ikutan ideaCtive
dengan kerja sama bareng Arijal.
- Indonesian Subculture.
Indonesian
Subculture adalah organisasi yang bergerak di bidang seni budaya rajah atau
tato dan tindik tubuh. Kabar baiknya, Indonesian Subculture ini berkolaborasi
dengan Frita Rambey dalam ideaCtive.
- Kolaborasi keren di ideaCtive.
Nah, nggak
cuma para penggiat seni di atas saja lho yang boleh berkolaborasi satu sama
lainnya. Banyak banget orang-orang kreatif yang udah berkolaborasi untuk
membuat karya keren sesuai skill dan passion masing-masing.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaran di atas, maka dapat
disimpulkan yakni sebagai berikut :
1. Apresiasi sastra
adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap karya sastra.
2. Kegiatan apresiasi
sastra meliputi apresiasi prosa fiksi, apresiasi puisi, dan apresiasi drama.
3. Cara mengapresiasi
pertunjukan sastra yakni dapat melalui kegiatan langsung maupun tidak langsung.
Apresiasi sastra secara lansung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta
sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu
teks sastra secara langsung itu dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami,
menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel,
roman, naskah drama, maupun teks sastra yang berupa puisi. Apresiasi sastra
secara tidak langsung dapat di tempuh dengan cara mempelajari teori sastra,
membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan baik di majalah mauun
di koran, mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan
penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra. Hal ini
bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga
akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
B.
Saran
Pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 2000.
Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.
Aminuddin. 1987. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Malang: CV Sinar Baru.
Chatman, Syemour. 1980. Story
and Discourse, Narrative Structure in fiction and film. Itacha: Cornell
University Press.
Foster, E.M. 1970. Aspect of
the Novel. Harmondswort: Penguin Book.
Jones, Edward H. 1968. Outlines
of Literature: Short Stories, Novels, and Poems. New York: The Macmillan
Company.
Kartahadimaja, aoh. 1978. Seni
Mengarang. Jakarta: Pustaka Jaya.
Kenny, William. 1966. How to
Analze Fiction. New York: Monarch Press.
MAKALAH
APRESIASI PROSA FIKSI
“Pemantapan Pertunjukkan Apresiasi
Prosa Sebuah Kreatiftas”
Disusun Oleh:
Alexson Afrizal
Amon Candra
Ongky Gusfika
Rahmad Al Hafie
Yogi Afrianto
Rizqy Nurislam
Dosen :
Randi, M.Pd
PROGRAM STUDI TADRIS
BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2019
Comments
Post a Comment