spi arab sebelum islam
ARAB SEBELUM ISLAM
Oleh
Ungki Satro
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI IAIN BENGKULY
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut sebagai masa Jahiliyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat bangsa Arab saat itu, khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umunya hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut mengakibatkan mereka sesat dijalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaaan,membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Ketika Nabi Muhammad Saw. lahir (570 M), Mekah adalah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab. Baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman diselatan dan siria di utara. Dengan adanya kabah ditengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan Arab.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha. Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad Saw. dan para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw., maka kami mencoba menyajikan makalah dengan judul “ Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan bangsa Arab sebelum adanya Islam?
2. Bagaimana riwayat hidup Nabi Muhammad Saw. ?
3. Bagaimana pembentukan Negara Madinah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan bangsa Arab sebelum adanya Islam.
2. Untuk mengetahui riwayat hidup Nabi Muhammad Saw.
3. Untuk mengetahui pembentukan negara Madinah.
Pembahasan
1. Arab Sebelum Islam
Keadaan Sosial dan Budaya Arab Sebelum Islam.
Masyarakat Arab terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk kota( Hadhary) dan penduduk gurun (Badui). Penduduk kota bertempat tinggal tetap. Mereka telah mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan telah mengenal tata cara perdagangan. Bahkan hubungan perdagangan mereka telah sampai keluar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memiliki peradaban yang cukup tinggi.
Sementara masyarakat Badui hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempatlainnya guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka. Di antarakebiasaan mereka adalah mengendarai unta, mengembala domba dan keledai, berburu sertamenyerang musuh. Kebiasaan ini menurut adat mereka adalah pekerjaan yang lebih pantas dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena itu, mereka belum mengenal pertanian dan perdagangan. Karenanya, meeka hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari kehidupan, baik untuk diri dan keluarga mereka atau untuk binatang ternak mereka. Dalam perjalanan pengembaraan itu, terkadang mereka menyerang musuh atau menghadapiserangan musuh. Di sinilah terjadi kebiasaan berperang di antara suku-suku yang ada diwilayah Arabia.
Secara garis besar kehidupan sosial masyarakat Arab secara keseluruhan dan masyarakat kota Mekkah secara khusus benar-benar berada dalam kehidupan sosial yangtidak benar atau jahiliyah. Akhlak mereka sangat rendah, tidak memiliki sifat-sifat perikemanusiaan dan sebagainya. Dalam situasi inilah agama Islam lahir di kota Mekkah dengan diutusnya Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul Allah.Secara singkat dapat disimpulkan keaadaan sosial dan kebudayaan bangsa Arab sebelumislam diantaranya:
Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrikin), yaitu mereka yang menyembah patung-patung dan menganggap patung-patung itu suci.
Kebiasaan mereka adalah membunuh anak laki-laki karena takut kemiskinan dan kelaparan.
Mereka menguburkan hidup-hidup anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan celaan.
Mereka orang-orang yang suka berselisih, bertengkar, lantaran sebab kecil.
Keadaan Ekonomi Bangsa Arab Sebelum Islam
Perdagangan merupakan unsur penting dalam perekonomian masyarakat Arab praIslam. Makkah misalnya, karena letak geografisnya yang sangat strategis maka ia menjaditempat persinggahan para kafilah dagang yang datang dan pergi menuju pusat perniagaan. Mereka berdagang bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab.
Faktor-faktor yang mendorong kemajuan perdagangan Arab sebelum Islam sebagaimanadikemukakan Burhan al-Din Dallu adalah sebagai berikut:
Kemajuan produksi lokal serta kemajuan aspek pertanian.
Adanya anggapan bahwa pedagang merupakan profesi yang paling bergengsi.
Terjalinnya suku-suku ke dalam politik dan perjanjian perdagangan lokal maupunregional antara pembesar Hijaz di satu pihak dengan penguasa Syam, Persia dan Ethiopia di pihak lain.
Letak geografis Hijaz yang sangat strategis di jazirah Arab.
Mundurnya perekonomian dua imperium besar, Byzantium dan Sasaniah, karenakeduanya terlibat peperangan terus menerus.
Jatuhnya Arab selatan dan Yaman secara politis ke tangan orang Erhiopia pada tahun 535 M dan kemudian ke tangan Persia pada tahun 257 M.
Dibangunnya pasar lokal dan pasa musiman di Hijaz, seperti Ukaz, Majna, Zu al-Majaz, pasar bani Qainuna, Dumat al-Jandal, Yamamah dan pasar Wahat.
Terblokadenya lalu lintas perdagangan Byzantium di utara Hijaz dan laut merah.
Dengan posisi Mekkah yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan bertarafinternasional, komoditas-komoditas yang diperdagangkan tentu saja barang-barang mewahseperti emas, perak, sutra, rempah-rempah, minyak wangi, kemenyan, dan lain-lain.Walaupun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah pada mulanya para pedagang Quraish merupakan pedagang eceran, tetapi dalam perkembangan selanjutnya orang-orangMekkah memperoleh kesuksesan yang besar, sehingga mereka menjadi pengusaha di berbagai bidang bisnis.
Keadaan Politik Bangsa Arab Sebelum Islam
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalahdaerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Ditambah lagi dengankenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, danmerajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuahnegara kesatuan serta adanya tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap.Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya saja. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk kesebuah kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara.
Sementara menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur masyarakatArab pra Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak tertulis. Sehingga pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman pada anggotanya. Namundalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku sangat kuat. Hal ini tercermin dalam perjanjian perdagangan yang pernah dibuat antara pemimpin suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah, Tamim, Ghassaniah, Hirah, Suriah, dab Ethiopia.
Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model kabilah). Kepalasukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang lebih tua, biasanya dari anggota yang masih memiliki hubunganfamili. Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas ataumengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya melekat pada warga suku secaraindividual, serta tidak mengikat pada warga suku lain.
Keadaan Agama Bangsa Arab Sebelum Islam
Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam. Paganisme, Yahudi, danKristen merupakan ragam agama orang Arab pra Islam. Pagan adalah agama mayoritasmereka. Ratusan berhala dengan bermacam- macam bentuk ada di sekitar Ka,bah. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-berhala itu: sanam, wathan, nusub, dan hubal. Sanam berbentuk manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nusub adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Hubal berbentuk manusia yang dibuat dari batu akik. Dialah dewa orang Arab yang paling besar dan diletakkan dalam Ka’bah di Mekah. Agama Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Sedangkan Agama Kristen di jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam.
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga agama di atas adalah Hanifiyah yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yangtidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agamaYahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agamayang benar di sisi Allah adalah Hanifiyah, sebagai aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan inimenyebar luas ke berbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, Taif, dan Mekah.
2. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw. : Dakwah dan Perjuangan.
Sebelum Masa Kerasulan
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam sukju Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relative miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zahrah. Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria (Syam) dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagai sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasihatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang yahudi yang mengetahui tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad berngakat ke Syria membawa barang dagangan saudagar Wanita kaya raya yang telah menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, khadijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai enam orang anak dua putra dan empat putri : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Makkah membantu pekerjaan itu dengan sukarela. Tetapi, pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa ornag yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata, orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.
Masa Kerasulan.
Menjelang usianya yang ke- 40 tahun, Nabi Muhammad Saw. sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah. Di sana Nabi Muhammad Saw. bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5.
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, beliau belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Seteleh wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu adalah QS. Al-Muddatstsir ayat 1 sampai 7.
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka di bawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk islam di hadapan nabi sendiri.
Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka , “saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka labih baik dai apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat kepada islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah yang dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan ornag-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Semakin bertmabhnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, ada lima factor yang mendorong orang-orang Quraisy menentang seruan islam itu :
Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy
Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat
Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat pada bangsa Arab.
Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad. Pertama-tama mereka mengira bahwa, kekuatan nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan nabi dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan : “kami minta Anda memilih satu di antara dua : memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau Anda menyerahkan kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan.” Tampaknya, Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut, sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan : “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya.” Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkat : “teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : “Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad depada kami untuk kami bunuh.” Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
Untuk kali berikutnya, mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahliretorika, untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan : “Demi Allah, biar pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya.”
Setelah cara diplomatic dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan setelah merekamengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarga nya yang masuk islam sampai dia murtad kembali.
Kekejaman yang dilakuakn oleh penduduk Makkah terhada kaum Muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Makkah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karenanegus (raja)negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya Rukayah puteri Rasulullah, Zubair ibn Awwam dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Kemudian menyusul rombongan kedua sejumlah hampir seratus orang, dipimpin olah Ja’far ibn Abu Thalib. Usaha-usaha orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk negus agar menolak kehadiran umat islam di dana, gagal. Di samping itu, semakin kejam mereka memperlakukan umat islam, semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan, ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk islam, Hamzah dan Umarbin Khattab. Dengan masuk islamnya dua tokoh besar ini posisi umat islam semakin kuat.Menguatnya posisi umat islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan. Cara yang ditempuh ialah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Makkah pun diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan di buat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama dan disimpan di dalam Ka’bah. Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak ada bandingannya. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota Makkah. Tindakah pemboikotan yang dimulai tahun ke-7 kenabian ini berlangsung selama tiga tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat islam.
Pemboikotan ini baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sunggung suatu tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernapas kembali dan pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung umatnya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, khadijah, istri nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad saw. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Makkah demikia rupa, nabi kemudian berusaha menyebarkan islam ke luar kota. Namun, di thaif ia diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
Untuk menghibur nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memikrajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang Isra’ dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.
Setelah isra’ dan mikraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam muncul. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk yastrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazzraj, masuk islam dalam beberapa gelombang yaitu :
Pertama, padada tahun ke- 10 kenabian, beberapa orang khazzraj berkata kepada nabi : “bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku khazzraj dan ‘aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya mereka mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan engaku dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini.” Mereka giat mendakwahkan islamdi yastrib.
Kedua, Pada tahun ke- 12 kenabian delegasi Yastrib, terdiri dari sepuluh orang khazzraj dan dua orang suku ‘aus serta seorang wanita menemui nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke yastrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus nabi atas permintaan mereka. Ikrar ini disebut dengan perjanjian ‘aqabah pertama’. Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari yastrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk yastrib, mereka meminta nabi agar berkenan pindah ke yastrib. Mereka berjanji akan membela nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘aqabah kedua’
Setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang astrib itu, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum Muslimin. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke yastrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum muslimin, kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap tinggal di Makkah bersama nabi. Keduanya membela dan menemani nabi sampai ia pun berhijrah ke astrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.
Dalam perjalanan ke Yastrib nabi ditemani oleh Abui Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari yastrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah kalsum bin hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Makkah. Sementara itu, penduduk yastrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki yastrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota yastrib diubah menjadi Madinatun nabi (kota nabi) atau sering disebut pula Madinatul Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup di sebut madinah saja.
Pembentukan Negara Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), nabi resmi menjadi pemimpin kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode Madinah merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat benyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rosul merupakan kepala negara.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun pada periode ini, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru ini Nabi meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berrfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua, adalah Ukhuwwah Islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Anshor dengan golongan Muhajirin , dengan demikian, diharapkan , setiap Muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah berarti menciptakan suatu persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak–pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, dismping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang – orang Arab yang menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan katan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragam orang – orang Yahudi sebagai suatu komunitas yang dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memilik hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan musuh.
Dakwah Nabi pada penduduk Madinah tergolong sangat singkat bila dibandingkan dengan dakwah pada periode Mekkah yang berlangsung selama 10 tahun. Namun demikian, Nabi berhasil memperoleh pengikut yang lumayan banyak. Banyaknya pengikut dari Madinah bisa jadi disebabkan faktor-faktor berikut :
Penduduk negeri itu lebih dekat pada agama Samawi karena senantiasa mendengar dari orang orang Yahudi yang ada disana tentang Allah, wahyu dan hari berbangkit, surga dan neraka.
Menurut Ibnu Hisyam, bahwa di Yastrib terus menerus terjadi peperangan antara Yahudi dengan Arab. Apabila orang Arab menang, maka orang Yahudi berkata, telah dekat masanya bahwa Nabi yang bertemu dalam kitab kami akan diutus oleh Tuhan. Apabila ia telah diutus Tuhan kami akan mengikutinya dan kami akan mendapatkan kemenangan atas kamu .
Di Yastrib terjadi perselisihan antara kaum Aus dan Khazraj. Masing masing mencari seorang yang dapat memersatukan kembali agar menjadi kaum yang kuat .
Keberhasilan tersebutah yang memantapkan keputusan Nabi untuk hijrah ke Madinah yang sekaligus mampu merubah wajah dunia pada masa itu. Banyaknya pengikut ajaran Nabi merupakan satu-satunya alasan untuk Hijrah ke Madinah sehingga diyakini dapat menerapkan ajaran Islam secara utuh. Keputusan hijrah Nabi bisa jadi bukan hanya untuk menghindarkan diri dari banyaknya tekanan yang diperoleh, namun juga untuk mencari massa sehingga dapat digunkan untuk hmendirikan suatu negara yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai tameng atau sebuah benteng pertahanan.
Hijrah Nabi ke Madinah setidaknya membentuk 3 kelompok masyaraat, yaitu :
Muhajirin, orang yang berpindah dengan membawa agama mereka dari Mekkah ke Madinah
Anshar, penduduk Madinah asli yang telah memeluk agama Islam
Yahudi, sisa–sisa Bani Israel dan orang–orang Arab pemeluk agama Yahudi.
3. Penutup
a. Kesimpulan.
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut sebagai masa Jahiliyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat bangsa Arab saat itu, khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umunya hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut mengakibatkan mereka sesat dijalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaaan,membunuh anak dengan daljih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan.
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relative miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zahrah. Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5. Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, beliau belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Seteleh wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu adalah QS. Al-Muddatstsir ayat 1 sampai 7. Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan kalangan rekan-rekannya.
Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat kepada islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), nabi resmi menjadi pemimpin kota itu. Berbeda dengan periode Mekkah, periode Madinah merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat benyak turun di Madinah.
Dakwah Nabi pada penduduk Madinah tergolong sangat singkat bila dibandingkan dengan dakwah pada periode Mekkah yang berlangsung selama 10 tahun. Namun demikian, Nabi berhasil memperoleh pengikut yang lumayan banyak.
Comments
Post a Comment