Asal mulah daerah padang gucci

ASAL MULA PADANG GUCI
          Menurut Noda Dianto asal mula Padang Guci dilatar belakangi oleh puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing. Puyang Raye Tabing adalah suami sepupu dari Puyang serunting Sakti. Penduduk pertama yang menepati Padang Guci bukanlah  penduduk asli Padang Guci melainkan  Tapak Rejang. Cerita ini diawali oleh P uyang Serunting Sakti dan  Puyang  Raye Tabing dengan  menanamkan guci di tengah ladang di dekat Air  Padang Guci. Setelah  menanamkan  guci  itu lalu Puyang Serunting Sakti dan Puyang  Raye Tabing  juga  menanamkan satu pohon kelapa di Dusun Muara Kinal. Setelah  menanamkan guci dan pohon  kelapa tersebut lalu Puyang Serunting Sakti dan Puyang  Raye Tabing  menemui Puyang Rejang, karena ingin  membicarakan  persoalan  tentang wilayah yang ditempati Tapak Rejang tersebut, bukanlah milik kawasan Rejang melainkan milik Pasemah.
Setelah bertemu  dengan  Puyang  Rejang  lalu Puyang Serunting Sakti dan  Puyang Raye Tabing  membicarakan  maksud dan  tujuan  mereka  tersebut, tetapi Puyang  Rejang  tidak bisa  menerimanya. Lalu Puyang  Rejang meminta bukti yang  kuat untuk  membuktikan wilayah itu memang milik kawasan Pasemah.
       Kemudian tunjukannyalah oleh Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing tersebut dan dibongkarnya lah guci yang mereka kubur di dekat Air Padang  waktu itu. Setelah melihat bukti itu Puyang  Rejang  tidak  bisa menerimanya. Puyang  Rejang mengajak Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing untuk bertarung. Sebelum bertarung Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing menyiapkan tongkat, sehingga saat bertarung  Puyang Serunting Sakti hanya  menggunakan  tongkat bambu  yang  berisikan satu ruas berisi air dan satu ruas berisi tanah,  kemudian  Puyang Serunting Sakti  bersumpah  atas nama tanah dan air yang ada di dalam bambu tersebut milik Pasemah. Padahal  itu  hanya  kecerdikan  mereka  saja  mereka  bukan  bersumpah  atas  nama  tanah dan  air  yang  ada  di  Padang  Guci melainkan air dan tanah yang ada di dalam tongkat bambu tersebut. Tanah dan air yang ada di dalam tongkat tersebut memang bukan dari padang Guci melainkan mereka membawanya dari Pasemah perkelahian  tersebut  menyebabkan  Puyang Rejang tersebut meninggal. Kematian Puyang  Rejang  terdengar oleh penduduknya, sehingga penduk  Rejang yang tinggal di Padang Guci tersebut  pergi, ada yang ke Curup, Lebong dan ada yang kembali ke Rejang.
      Akan tetapi persahabatan Puyang  Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing tidak berujung  lama, dikarenakan  adanya  hasutan dari Puyang  Mulak. Puyang Mulak adalah orang dari luar yang ingin mengadudomba antara Puyang Serunting sakti dengan Puyang Raye Tabing. Hasutan tersebut masuk ke hati Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing hingga akhirnya merekapun berselisih paham. Karena adanya perselisihan  itu Puyang Raye Tabing memutuskan untuk pergi ke Bukit Puguk dengan  membawa satu ekor ayam, satu ekor anjing dan satu tongkat. Setelah sampai di Bukit Puguk, Puyang  Raye Tabing  mengubah ayam menjadi burung  hijau, tongkat  menjadi ular hijau, dan anjing menjadi singa liar. Disana  Puyang  Raye Tabing bersumpah mengutuk  keturunan  dari  Puyang  Mulak, anak dan cucu  keturunan  Puyang  Mulak tidak ada yang bisa pergi ke Bukit Puguk, apabilah keturunan  Puyang  Mulak tetap pergi kesana  maka  keturunanya tersebut akan mati. Bahkan sumpah tersebut masih berlaku sampai saat ini.
        Akibat dari perkelahian  tersebut  membuat  penduduk yang tinggal di Padang Guci saat ini terbagi menjadi 3;
1. Keturunan dari Serunting Sakti.
2. Keturunan dari Puyang Raye Tabing.
3. Keturunan Puyang Mulak
       Pada akhirnya  Puyang Serunting Sakti kembali  ke Pasemah  di Desa Pelang  Kendidai, sedangkan Puyang Raye Tabing tinggal di Bukit Puguk di hulu sungai Padang Guci (air Padang Guci).





NARASUMBER

               
NAMA : NODA DIANTO
TTL : PELAJARAN 2, 06 APRIL 1977
Umur : 41 tahum
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Pelajaran 2, Kec. Tanjung Kemuning, Kab. Kaur.


PENELITI
             

NAMA : PUNI PABILAN SATRI
TTL : BINGKO, 27 MARET 1999
NIM :1711 2900 69
JURUSAN : TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS : TARBIAH DAN TADRIS
Hobi : menulis dan membaca
Facebook : Funhy
Email : punipabilansatri199@gmail.com
Moto : “tiada hari tanpa menulis”
            Penelitian ini dilakukan pada hari sabtu, 03 november 2018           

Comments

Popular posts from this blog

METODE PEMBELAJARAN MENYIMAK

Pantun daerah padang guci

APRESIASI PROSA FIKSI